Selasa, 23 April 2019

Anggur Merah

Anggur merah Otwbos.com
Malam ini, bersama Tekdung salah satu teman yang dengan sukarela berkali-kali menerima untuk jadi bahan pukul terutama dibagian lehernya ketika suasana hati saya sedang kurang baik. Tertulis Anggur Merah Cap Wong Tua Warisan Tradisi Sejak 1948 Ia bawa langsung dari Purwokerto sebagai oleh-oleh sekaligus suap agar bogem mentah tidak mendarat sekonyong-konyong ke bagian tubuhnya.

Jam baru saja lewat pukul 20.10 WIB tepat, ditemani Tekdung dan Omat menikmati setiap tenggakan sulingan anggur merah yang cukup mashur bagi anak-anak kelas kosan. Sebenarnya, selain sebagai oleh-oleh dan mahar suap, Tekdung membawa dua botol sekaligus sebagai tanda atas selesainya garapan Tesis dan kutukan bagi dosen Pembimbingnya.

"Kamu langsung bawa dari Purwokerto Ung?" Tanya Omat.
"Iyo Mat"
"Uteke, neng kene yo ono ung, koe kih pancen cah bedes" Imbuh Omat.
"Aku yo niate tuku neng kene Mat, Wis yo koe kih nikmati wae po susae su?"

Sekitaran pukul 20.33 WIB, Tekdung oleng dan jekpot berserakan di Karpet, sedetik kemudian terdengar bunyi prak, cukup kencang tapi tidak sampai mengalahkan lantunan "Captain Jack-Mereka atau Kita" yang disalurkan melalui sound system.

Gagang sapu itu seolah sengaja membelah diri, begitu presisi, terinjak Tekdung yang berlari kalang kabut keluar kamar untuk melanjutkan aktivitas menyedihkannya. Remahan biskuit, mungkin juga nasi, sedikit daging dan sayuran dilumuri anggur merah berebut keluar dari rongga.

Prak..kini belahan sapu bertambah, agak pipih, lahir dari gepukanku pada tulang bahu Omat. Benar saja, kesadaran Omat sudah tidak bisa diharapkan lagi, seperti biasanya Ia akan bangun esok siang dan selanjutnya melakukan aktivitas yang sama seperti Tekdung saat ini, bedanya hanya lebih terstruktur dan sesuai tempatnya.

Tersisa mungkin untuk dua kali tenggukan lagi, Tekdung menggelepor lemas dipojokan, Omat hanya tinggal dengkuran keras dan sesekali menceracau hal-hal mesum.

21.28 WIB, pemuda kurang waras mana menenggak dua botol anggur cap kos kosan langsung oleng pada jam sesore ini pula. Rokok juga habis, aku keluar kamar sambil menekan telapak kaki belakang pada leher Omat, barangkali saja dengkurannya berkurang, ternyata sama saja.

Aku tuntun sepeda motor dan mengarahkan knalpotnya pada kepala Tekdung yang sedang mendengkur dipojokan gerbang, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan Omat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar